Saat kita membuka mata..
Saat kita mulai bernapas
Saat dunia mulai menyapa..
Dengan sinarnya..
Dan,
Tak pernah ada kesedihan saat kita lahir..
Aku bersyukur
Dunia ini menerima Aku apa adanya
Aku bersyukur,
Ada di kluarga ini..
Aku bersyukur
Semua orang tersenyum saat melihatku..
Dalam pelukan Ibu..
Aku bersyukur
Teryata burung- burung
Di luar sana juga menyapaku
Dengan nyanyiannya…
Aku sangat bersyukur
Karena Tuhan sudah melahirkanku..
Di sebuah tempatyang nyaman..
Dan memberiku kesempurnaan..
Jumat, 23 Oktober 2009
Jeritan Sahabat Desa
Sore itu, suara gemuruh hujan
Mulai terdengar lagi di telingaku
Terdengar sayup-sayup
Rintihan tangis para sahabat desa
“Jangan sampai ini terjadi lagi!”
Tapi apa daya sahabat desa?
Lintah darat
Mulai keluar dari sarangnya
Hanya untuk menagih janji yang tak semestinya
Sampai segala milik sahabat desa diambilnya
Harta,
Buah hati,
dan Cinta
Semuanya hilang
Kini terdengar lagi suara petir menyambar
Jeritan amarah kembali terdengar
Pertanda derita sahabat desa
Makin bertambah
Mulai terdengar lagi di telingaku
Terdengar sayup-sayup
Rintihan tangis para sahabat desa
“Jangan sampai ini terjadi lagi!”
Tapi apa daya sahabat desa?
Lintah darat
Mulai keluar dari sarangnya
Hanya untuk menagih janji yang tak semestinya
Sampai segala milik sahabat desa diambilnya
Harta,
Buah hati,
dan Cinta
Semuanya hilang
Kini terdengar lagi suara petir menyambar
Jeritan amarah kembali terdengar
Pertanda derita sahabat desa
Makin bertambah
Label:
POeM
Sabtu, 10 Oktober 2009
Penghuni Jalan Siang
Jalan ini adalah tanda,
jalan ini adalah cerita.
Bahwa aku telah melewatinya.
Siang itu,
di balik kacamataku.
Kulihat wajah-wajah,
yang tak asing lagi
wajah-wajah para tetua,
wajah-wajah tukang sol sepatu,
wajah-wajah pengreparasi jam,
wajah-wajah penjual jamu dan makanan.
Siang itu ,
di sebuah gang dekat rel kereta api.
Kami semua berbicara,
bukan lewat mulut,
bukan lewat mata,
bukan juga lewat tangan,
melainkan lewat batin ini.
Mereka seraya menasehatiku,
“Nak, perjuangkan masa depanmu!”
bY: FanY
11 Juni 2009
jalan ini adalah cerita.
Bahwa aku telah melewatinya.
Siang itu,
di balik kacamataku.
Kulihat wajah-wajah,
yang tak asing lagi
wajah-wajah para tetua,
wajah-wajah tukang sol sepatu,
wajah-wajah pengreparasi jam,
wajah-wajah penjual jamu dan makanan.
Siang itu ,
di sebuah gang dekat rel kereta api.
Kami semua berbicara,
bukan lewat mulut,
bukan lewat mata,
bukan juga lewat tangan,
melainkan lewat batin ini.
Mereka seraya menasehatiku,
“Nak, perjuangkan masa depanmu!”
bY: FanY
11 Juni 2009
Label:
POeM